Kamis, 31 Maret 2011

BAB 7 MANUSIA DAN KEADILAN

A. PENGERTIAN KEADILAN

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrim yang terlalu banyak terlalu sedikit. Beberapa para pemikir yang mendefinisikan keadilan adalah :

1. Plato, keadilan diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang dapat mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.

2. Socrates, memproyeksikan keadilan pada pemerintahan.

3. Kong Hu Chu, keadilan terjadi apabila anak sebagai anak,ayah sebagai ayah, dan raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakkan kewajibannya.

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain keadilan adalah keadaan dimana setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan menjalankan apa yang menjadi kewajibannya.

B. KEADILAN SOSIAL

Berbicara tentang keadilan kita akan ingat dasar Negara kita yaitu Pancasila sila kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” hal ini mengandung pengertian tidak ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka.

Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila kelima Pancasila menulis bahwa keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk yaitu :

a. perbuatan luhur yang mencerminkkan sikap dan suasana kekeluargaan.

b. sikap adil terhadap sesama.

c. sikap suka memberi pertolongan terhadap yang membutuhkan.

d. sikap suka bekerja keras.

e. sikap menghargai hasil karya orang lain.

Asas terciptanya keadilan sosial dituangkan dalam berbagai langkah melalui 8 jalur pemerataan yaitu :

  1. pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok.
  2. pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
  3. pemerataan pembagian pendapatan.
  4. pemerataan kesempatan kerja.
  5. pemerataan kesempatan berusaha.
  6. pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
  7. pemerataan penyebaran pembangunan.
  8. pemerataan memperoleh keadilan.

C. BERBAGAI MACAM KEADILAN

1. Keadilan legal atau keadilan moral

Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakkan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral sedang Sunoto menyebutnya keadilan legal.

2. Keadilan distributive

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan yang tidak sama secara tidak sama (Justice is done when equals are treated equally). Pendapat Aristoteles ini disebut keadilan distributive.

3. Keadilan komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang menjadikan ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

D. KEJUJURAN

Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan oleh seseorang sesuai dengan hati nuraninya dan apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Jujur juga berarti hati seseorang bersih dari perbuatan yang dilarang oleh agama. Barang siapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan,artinya orang itu berbuat benar. Orang bodoh yang jujur akan lebih baik daripada orang pandai tapi pendusta. Barang siapa yang tidak dapat dipercaya tutur katanya maka dia termasuk kedalam golongan munafik. Pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya kesamaan hak dan kewajiban. Serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.

Adapun kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri sendiri berhadapan dengan hal baik dan buruk. Dalam kehidupan sehari-hari jujur atau tidak jujur merupakan bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan.

Ketidakjujuran sangat luas wawasannya sesuai dengan luasnya kehidupan dan kebutuhan manusia. Untuk mempertahankan kejujuran, berbagai cara berbagai cara dan sikap perlu dipupuk. Namun demi sopan santun dan pendidikan seseorang diperbolehkan berkata tidak jujur sampai pada batas-batas yang dapat dibenarkan.

E. KECURANGAN

Kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nurani. Orang yang sudah berbuat curang dengan maksud memperoleh keuntungan atau materi. Bagi orang yang berbuat curang akan mendatangkan kesenangan bagi dirinya meskipun orang lain menderita.

Ada banyak faktor mengapa banyak orang yang melakukan kecurangan diantaranya :

  1. Faktor Ekonomi
  2. Faktor Kebudayaan
  3. Faktor Peradaban
  4. Faktor Teknik

Pujawiyatno dalam bukunya “Filsafat Sana-Seni” menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis adalah perbuatan yang buruk. Dalam bahasa Jawa ada ungkapan “Becik ketitik ala ketara” yang artinya yang baik akan nampak yang buruk juga akan nyata.

Dalam cerita pewayangan selalu menyajikan cerita yang konkret dimana orang yang buruk selalu terkalahkan oleh orang yang baik. Pada umumnya tindakan yang sesuai adalah baik dan yang tidak sesuai adalah buruk.

F. PEMULIHAN NAMA BAIK

Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tidak tercemar. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan.

Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :

a. Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk bermoral

b. Ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral.

Bila nama baik seseorang tercemar maka orang tersebut akan melakukan apa saja untuk memulihkan nama baiknya.Pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya bahwa apa yang diperbuat tidak sesuai dengan ukuran moral atau akhlak.

Akhlaq berasal dari bahasa arab bentuk jamak dari khuluq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu, tingkah laku dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia.

Ada 3 macam godaan yaitu derajat/pangkat, harta dan wanita.Bila orang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya maka ia akan terjerumus kejurang kenistaan karena untuk mendapatkan derajat/pangkat, harta dan wanita dipergunakan jalan yang tidak wajar.

Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir saja melainkan harus bertingkah laku sopan, ramah dan berbuat darma serta mempunyai sikap rela dan tawakal yang harus selalu dipupuk.

G. PEMBALASAN

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan serupa, perbuatan yang imbang. Sebagai contoh, A memberikan makanan kepada B. Dilain kesempatan B memberikan minuman kepada A. Perbuatan ini merupakan perbuatan serupa dan ini merupakan perbuatan pembalasan.

Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebalik pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.

Kamis, 24 Maret 2011

MAKALAH KEARIFAN BUDAYA DAERAH MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASONAL

ILMU BUDAYA DASAR

KEARIFAN BUDAYA DAERAH MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

Nama : ARQIE TURAMA PUTRA

NPM : 17110294

KELAS : 4 KA 28

Program Studi Ilmu Komputer dan Tekhnologi Informasi

Jurusan Sistem Informasi

UNIVERSITAS GUNADARMA

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR

DOSEN : MUHAMMAD BURHAN AMIN

TOPIK TUGAS : KEARIFAN BUDAYA DAERAH MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

KELAS : 4KA28

PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini kami buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar, kami siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.

Penyusun

NPM

Nama Lengkap

Tanda Tangan

17110294

ARQIE TURAMA PUTRA






Program Sarjana S1 Sistem Informasi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya waktu, kesempatan dan juga ilmu dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa saya ucapan terima kasih kepada para narasumber informasi yang saya dapatkan dari internet. Serta saya haturkan terima kasih kepada Bpk. M. Burhan Amin selaku dosen pembimbing kami.

Dalam penyusunan makalah dengan kerja keras dan juga bantuan dari berbagai pihak, saya berusaha untuk memberikan hasil yang maksimal dalam menggali informasi. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat saya butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa mendatang.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar dengan judul “KEARIFAN BUDAYA DAERAH MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL” dengan harapan dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan dan semangat bagi Mahasiswa. Juga para pembaca untuk dapat melestarikan kebudayaan daerah biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan dan suku bangsa setempat.

DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................... 1

SURAT PERNYATAAN............................................................................................ 2
KATA PENGANTAR................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................. 5

1.2 TUJUAN....................................................................................................... 5

1.3 SASARAN .................................................................................................. 5

BAB 2 PERMASALAHAN ....................................................................................... 6

2.1 STRENGTH (KEKUATAN)....................................................................... 6

2.2 WEAKNESS (KELEMAHAN)................................................................... 6

2.3 OPPORTUNITIES (PELUANG)................................................................ 7

2.3 THREAT (TANTANGAN).......................................................................... 7

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 8

3.1 KESIMPULAN............................................................................................ 8

3.2 REKOMENDASI......................................................................................... 8

DAFTAR REFERENSI .............................................................................................. 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya awalnya dari kebiasaan merespon keadaan luar diri dan lingkungan yang diadaptasi untuk bisa diterima secara seksama dilingkungannya. Budaya busana misalnya, budaya interaksi antar manusia, budaya pemikiran, kemudian menjadi sikap dan perilaku yang disepakati. Kebudayaan sebagai ciri bangsa yang memiliki peradaban lebih maju diimplementasikan dalam bentuk karya bunyi dan gerak melahirkan kesenian, dan Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dan kebuadayaan dari masing-masing daerah yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke. Kekayaan kultur yang ada di negara ini seakan ingin menegaskan kepada dunia bahwa keberagaman bukanlah suatu penghalang untuk sebuah kesatuan.

Dalam kontek kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan modern dapat berjalan paralel dengan kebudayaan pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan lancar dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika”.

1.2 Tujuan

Budaya sepatutnya dijadikan sebagai alat untuk mempersatu seluruh masyarakat Indonesia menuju ke kehidupan yang lebih rukun kedepannya, dan itu semua telah tertuang dalam Pancasila (sila ke- 3) ditambah lagi dengan semboyan pancasila yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki makna berbeda-beda tapi tetap satu. Maka dari itu jelas bahwa peranan budaya lokal amat penting kedudukannya dalam mendukung ketahanan budaya nasional untuk mencegah terjadinya sebuah perpecahan. Dengan terwujudnya hal ini diharapkan akan terjadi sebuah interaksi sosial yang terjalin baik antar setiap individu tanpa memandang sebuah batasan.

1.3 Sasaran

Semua pihak yang terkait dituntut untuk mampu menjaga stabilitas ketahanan budaya nasional yang sudah ada, namun jangan langsung berpuas diri melainkan kita semua harus mampu terus memelihara iklim kebudayaan kita kedepannnya.

BAB II

PERMASALAHAN

Permasalahan budaya lokal yang harus ditingkatkan demi memperkokoh budaya nasional dapat menggunakan analisa SWOT, sehingga kita dapat menganalisa dari semua sudut pandang agar dapat mengetahui apa saja kelemahan yang kita miliki sehingga kita dapat mencari jalan keluarnya, mempertahankan setiap kekuatan budaya lokal yang telah kita miliki, peluang yang ada yang dapat kita manfaatkan dan tantangan yang ada yang harus kita hadapi sehingga kita dapat mempersiapkan diri akan datangnya kemungkinan tantangan yang menghadang. Berikut penjelasan dari setiap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada terhadap budaya lokal yang dapat memperkokoh budaya nasional.

2.1 Kekuatan (Strength)

Pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda.

Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan Indonesia.

2.2 Kelemahan (Weakness)

Seluruh dunia tahu betapa Indonesia kaya dengan kebudayaan. Mulai dari bahasa, tari-tarian, sampai lagu. Setiap daerah di Indonesia memilikinya dengan kekhasan masing-masing. Namun, dengan khasanah kebudayaan yang begitu luas Bangsa Indonesia ditantang. Pada era globalisasi kini nilai-nilai serta budaya dari luar dapat dengan mudah masuk ke ranah kehidupan bangsa Indonesia. Dengan semakin bebasnya kebudayaan asing masuk kekhawatiran akan tergerusnya kebudayaan lokal Indonesia menjadi hal yang tak terelakkan.

2.3 Peluang (Opportunity)

Dengan melakukan penetrasi pencitraan bangsa ini kedepannya akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kemajuan budaya nasional dimata dunia, hal ini akan memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia menjadi salah satu pusat cagar budaya dunia.

Menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional diantaranya :

A. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya.

B. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya.

C. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali.

2.4 Tantangan/Hambatan (Threats)

Dalam hal ini pemerintah sebagai otoritas tertinggi di Negeri ini perlu, serta berkewajiban untuk melakukan koordinasi, sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan kebudayaan di Indonesia.

Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi bangsa, karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan yang pasti mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga kan mudah konflik dengan suku-suku yang lain. Oleh karena itu suatu perbedaan yang ada sesungguhnya adalah keindahan dalam berbudaya.

BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan etnik dan kebudayaan asing, sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil kreasi bangsa Indonesia sejak Sumpah Pemuda atau sejak Indonesia merdeka.

Kebudayaan nasional Indonesia adalah semua yang dikategorikan sistem nasional apakah itu berbentuk gagasan kolektif, berbentuk material seperti sistem pendidikan, sistem politik, sistem hukum, dan sistem lainnya dan berbentuk perilaku seperti menghargai kemajemukan, atau pluralitas, menunjung hak dan kewajiban adalah kebudayaan nasional Indonesia. Berdasarkan wujud ide definisi kebudayaan adalah semua pola atau cara berfikir/merasa bangsa dalam suatu ruangan dan waktu. Pengertian ini dikembangkan ke dalam kebudayaan Indonesia menjadi Kebudayaan Nasional Indonesia semua pola atau cara berfikir/merasa bangsa Indonesia yang sama terhadap kelangsungan hidupnya di dalam sebuah negara.

3.2 Rekomendasi

Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Dan diperlukan adanya suatu pencanangan program yang jelas di seluruh bidang, guna menunjang ketahanan budaya nasional di Negeri ini, seperti :

· Bidang Pendidikan : Dimasukkannya pelajaran muatan lokal mengenai Ilmu budaya disetiap jenjang pendidikan. Agar diperkenalkan sejak dini tentang budaya kita.

· Bidang Pariwisata : Pemerintah daerah dan pemerintah pusat diharap mampu untuk mempromosikan setiap daerah yang memiliki keunggulan pariwisata, dan mengakomodir seluruh sarana maupun prasarana disetiap daerah.

· Bidang Industri : Meyakinkan setiap pengusaha-pengusaha lokal maupun mancanegara untuk mau menanamkan modalnya di negeri ini, dengan menunjukkan kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini terutama masalah budaya.

· Bidang Diplomasi : Mengadakan pertukaran pelajar dengan Negara-negara sahabat dengan tujuan untuk saling mengenal budaya masing-masing, yang akan membawa kepada interaksi sosial yang terintegrasi.

· Bidang Seni : Mengadakan ataupun mengikuti festival budaya, lebih memperkenalkan kebudayaan apa saja yang ada di Indonesia, baik itu melalui festival musik ataupun alat musik serta tarian daerah.


DAFTAR REFERENSI

http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia

http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/kebudayaan-nasional-indonesia.html

http://www.scribd.com/doc/49772247/


BAB 6 MANUSIA DAN PENDERITAAN

A. Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari kata sansekerta dhra. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

B. Siksaan

Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani.

Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis misalnya :

a. Kebimbangan : dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan yang akan diambil.

b. Kesepian : dialami oleh seseorang yang merasa kesepian walaupun berada pada lingkungan yang ramai.

c. Ketakutan : merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.

Sebab Seseorang Merasa Ketakutan

a. Claustrophobia : takut pada ruangan tertutup.

b. Agorophobia : takut pada ruangan terbuka.

c. Gamang : takut berada pada tempat ketinggian.

d. Kegelapan : takut bila berada ditempat gelap.

e. Kesakitan : takut yang disebabkan rasa sakit.

f. Kegagalan : takut akan mengalami kegagalan.

C. Kekalutan Mental

Kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah kurang wajar.

Gejala-gejala permulaan seseorang mengalami kekalutan mental :

a. Nampak pada jasmani : merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.

b. Nampak pada kejiwaan : rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.

Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan :

a. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan Si Penderita baik jasmani maupun rohani.

b. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif.

c. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :

a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.

b. Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma, berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.

c. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.

Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah :

a. Positif : trauma (luka jiwa), survive dalam hidup.

b. Negatif : trauma diperlarutkan atau diperurutkan sehingga frustasi.

BENTUK-BENTUK FRUSTASI :

1. Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali.

2. Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan.

3. Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama.

4. Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.

5. Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya.

6. Narsisme : merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.

7. Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia riil, puas dengan fantasinya sendiri.

Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :

1. Kota-kota besar : yang memberikan tantangan hidup berat, sehingga mereka dikejar-kejar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Anak-anak muda usia : yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendakinya atau di idam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dan tujuannya.

3. Wanita : pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dipendam kedalam hati atau perasaannya, mereka memiliki kondisi tubuh yang lemah.

4. Orang yang tidak beragama : tidak memiliki keyakinan, bahwa di atas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah tidak dikenalnya.

5. Orang-orang yang terlalu mengejar materi : seperti pedagang dan pengusaha dalam memperoleh tujuan kegiatan, mencari untung sebanyak mungkin.


D. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN

Penderitaan sebagai kondrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup di takdirkan bukan hanya untuk bahagia melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis yang menggangap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Dalam hal ini manusia harus optimis dalam menjalani hidup.

E. PENDERITAAN, MEDIA MASSA DAN SENIMAN

Dalam dunia modern saat ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya, untuk mensejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita.

Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada manusia. Yang tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni sehingga para pembaca, penonton dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.

F. PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA :

A. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia :

· Perbuatan semena-mena kepada pembantu rumah tangga.

· Perbuatan buruk orangtua yang menganiaya anaknya.

· Perbuatan buruk pejabat orde lama.

· Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan : banjir dan tanah longsor, perbuatan lalai : gas bocor.

B. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan :

· Seorang anak buta sejak dilahirkan.

· Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar menerima cobaan ini.

· Tenggelamnya Fir’aun di Laut Merah.

G. PENGATUH PENDERITAAN

Sikap yang timbul pada orang yang mengalami penderitaan berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Contoh sikap negatif yaitu penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalkan tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.

Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan. Sikap positif biasanya kreatif dan tidak mudah menyerah.

Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.